Gang 3x Lipat Lebih Kecil (3/3)

Sebelum menuju ke bandara Laguindingan, kami melihat-lihat sekeliling area disana. Pertama yaitu gedung bertuliskan nama negara di Amerika. Orang yang melihat foto kami di gedung ini mungkin mengira kami bukan di Filipina, hehe. Kemudian, katanya kami ke taman……. 😨

Saat aku memasuki area taman, aku melihat beberapa poster yang membuatku berucap dalam hati “sebentar, ini hari apa, ini hari minggu!!!”. Astaga aku dibawa ke taman apa ini. Hanya aku dan temanku yang menggunakan jilbab…. Ya iya ngapain orang berjilbab kesini kan wkwk. Orang yang sedang beribadah di sana juga mungkin bingung ngapain dua mbak-mbak berjilbab nongkrong disitu haha. Terlepas dari itu, sejujurnya cara mereka mengelola tamannya patut diacungi jempol.

Kami disana tidak lama. Kami pindah ke taman lain yang jaraknya kurang lebih 15 menit. Di sebelah taman kedua ini, ada orang-orang yang sedang bermain basket. Jadi dejavu sama pebasket yang di bandara hehe (apa iya dia bukan pebasket… untuk apa dia berbohong…. atau setelah pensiun bermain basket, dia memutuskan untuk menjadi…. #overthinking). Sebelum berpisah waktu itu, kami sempat bertukar kontak. Chat dia adalah gabungan bahasa inggris, dan bahasa indonesia hasil terjemahan google yang kurang rapi hehe. Setelah itu belum ada komunikasi lagi. Namun dia berkata dia dan keluarganya akan berlibur di Indonesia… di sebuah kota yang sebenarnya aku juga berharap dapat kesana suatu saat nanti…

Persinggahan terakhir yaitu pinggir pantai. Pantainya indah sekali. Ditambah mood awan dan langit sedang baik-baiknya. Mashaallah. Andai ada waktu lebih lama disini, tentu lebih menyenangkan. Sayangnya waktu sudah terbatas, kami harus segera ke bandara, kakiku saja tidak mau bergerak dari mobil, foto di atas diambil dari pintu mobil yang terbuka haha. Hai kaki, aku paham rencanamu 🙂

Pesawatpun terbang ke Manila. Karena waktu transit yang cukup panjang, aku membuat janji dengan kolegaku yang tinggal di Manila tuk bertemu di Intramuros. Sebelum kesana, kami mengantar kolega kami ke terminal 3 terlebih dahulu untuk menitipkan koper karena di terminal 2 tidak ada baggage storage. Terminal 2 ke terminal 3 disini itu tidak terkoneksi, jaraknya lumayan, kami naik shuttle bus kesana. Wah perjalanan kali ini benar-benar unik, aku mendapatkan pengalaman menaiki shuttle bus 2x. Pertama Soetta kedua Ninoy! Setelah koper aman, aku pesan Grab, tetapi gagal. Kolegaku yang lain mencoba memesan dan gagal juga. Hmmm aneh sekali. Aku masih ingat aku pernah pesan Grab di Manila lalu drivernya menelepon menggunakan bahasa tagalog. Aku reject. Lalu aku chat ‘maaf aku tidak bisa berbahasa tagalog’. 😆

Kami putuskan naik taksi dan menuju masjid dekat Intramuros dahulu. Kami turun di depan semacam kantor PMI. Menurut Google Maps, jarak kantor ini dengan masjid sangatlah dekat. Kami lalu memasuki gang yang… orang cuci baju di gang, ada anak kecil tak pakai baju… tidak terlalu bersih. Saat lewat, orang-orang disana ngeliatin kami….yang kayak di film-film itu lho, kalian kebayang ga? Aku jalan paling depan dan…. jalan buntu! Yaampun lewat mana. 😩

Di ujung jalan itu ada mas-mas keluar dari tongkrongannya mendekati kami. Kami beritahukan destinasi kami. Dia kemudian berinisiatif mengantarkan kami. Tapi….sekarang kami memasuki gang yang 3x lipat lebih kecil dari yang tadi…. air menetes dari atas….bukan hujan…mungkin air jemuran mungkin toilet… alhamdulillah beneran nyampe masjid. Ada masjid di tengah-tengah lokasi yang seperti ini :/ Terima kasih mas-mas baik. Semoga dimudahkan selalu urusannya.

Selesai shalat, aku bertemu dengan kolegaku yang orang Manila itu di sebuah jalan yang tentu saja aku tidak tau nama jalannya. Aku sampaikan bahwa aku ingin ke kedai kopi di sebuah area seperti yang aku tunjukkan di foto di HP. Intramuros itu luas sekali soalnya! Kami lalu naik bajaj/pedicab kesana hihi. Aku senang sekali sampai di area kedai kopi tersebut, nama areanya Casa Manila. Bangunan ala-ala spanyol yang kokoh dengan arsitektur yang cantik. Sebagai informasi, Filipina dahulu dijajah Spanyol. Saat Spanyol berkuasa, mereka mendirikan gedung pemerintahan which is si Intramuros ini. Kalau gasala gitu si kata kolegaku yang orang Filipina itu. Casa Manila menjadi area komersil saat ini. Disewakan untuk tenant-tenant macam restoran, kedai kopi, souvenir. Kedai kopi disana lucu-lucu. Setelah menentukan kedai kopi yang kami mau, kami duduk dan memesan 2 es kopi, baristanya izin foto kami berdua katanya mau dipost di media sosial mereka. Perjalanan Filipina kali ini kenapa banyak yang minta foto wkwk.

Untuk kepulangan ke bandara, kami memesan Grab, dan lagi-lagi gagal. Wah fix ini aneh sekali. Kemudian aku tanyakan ke abang-abang taksi yang taksinya kami naiki apa sebab-penyebab kami tidak bisa pesan Grab begini, soalnya aku lihat logo Grab di taksinya, sayangnya jawaban dia kurang memuaskan.

Perjalanan menuju Jakarta terasa…. capek. Bukan karena perjalanannya tetapi karena akumulasinya. Ditambah badan yang sudah tidak fit. Ditambah sebelum ke Filipina ada perjalanan ke luar negeri yang range-nya tidak jauh dari Filipina ini. Akumulasi combo. Sudah makan multivitamin cuman kurang. Tetapi biasanya begitu, bukan? Sesuatu yang seru itu saat dijalani tidak capek, tetapi saat diakhir baru terasa? Haha. Sampai rumah dini hari yang diinginkan cepat-cepat tidur. Tidurnya dapet tapi perkara hidung mampet belum selesai sampai dipublikasikannya tulisan ini 🤧

Tinggalkan komentar