Situ Gunung Suspension Bridge: FOMO Keranjang Sultan

Beberapa akun travelling dalam dan luar negeri di X menampilkan video orang-orang yang bermain flying fox menggunakan kursi keranjang. Terlihat seru sekali. Saat scrolling komentar-komentar netizen, rupanya wahana tersebut berada di Sukabumi. Kaget! Masa masih satu pulau tapi aku baru tau ada itu di Indonesia 🫠. Let’s give it a shot~

Aku cari info transportasi dan akomodasinya. Mungkin ini bisa jadi rekomendasi kalian jika ingin menggunakan transportasi umum kesana 🚌. Pertama Jakarta – Sukabumi. Ada 3 shuttle yang tersedia yaitu WB Trans, Bhinneka, dan Siliwangi. Aku pilih WB Trans karena dia punya boarding point di dekat Stasiun Sudirman. Kedua Sukabumi – Situ Gunung Suspension Bridge. Aku menggunakan aplikasi transportasi online.

Selanjutnya akomodasi. Rencana awal yaitu hotel di pusat kota. Akan tetapi, Situ Gunung sebenarnya memiliki glamping yang lucu ⛺. Harganya mungkin cukup mahal dibandingkan hotel bintang 3. Namun, keuntungannya adalah akses gratis wahana dan wara-wiri/ojek dari satu lokasi ke lokasi lain. Secara tidak langsung biaya glamping includes biaya wisata. Oke gas glamping 🙂

The day!

WB Trans so far so good 👍. Dibandingkan 3 shuttle, hanya WB yang menawarkan pemberhentian di rest area…… nyatanya PP naik WB ini tidak ada pemberhentian di rest area wkwk. Kurang lebih 3 jam perjalanan ke Sukabumi dengan sedikit macet di area pasar.

Next, transport online 🚗. Alhamdulillah dapet. Aku mikirnya kalau si driver baik, aku mau janjian untuk penjemputan besoknya soalnya info orang Situ Gunung tuh tidak ada transport online di Situ. Adanya angkot saja. Alhamdulillah lagi drivernya baik :))

Sesampainya di pintu masuk Situ, disediakan ojek menuju tempat reservasi. Aku sudah booking tent via WhatsApp btw. Agak bingung karena tidak diberikan welcoming snack and drink di tempat reservasi. Sementara, itu bagian dari paket. Rupanya snack tersebut ada di area Parkir Barat. Aku datang dari arah pintu masuk which is beda tempat. Alhasil aku ambil snack besok saja karena mau ke tenda dulu. 🎒

Dari tempat reservasi ke tenda disediakan wara-wiri. Pas lihat glamping tentnya behhh bagus banget. Fasilitas di dalam tent oke, palingan aroma awal pas masuk kayak kurang harum. Nama area tent aku adalah Bungbuay. Disini ada setidaknya 7 tents dengan 1 area “hall” bersama. Kita bisa ngopi dan ngeteh di hall sepuasnya ☕. Pesan makanan di hall juga bisa (tapi bayar).

Selepas maghrib, aku diberikan jagung bakar oleh penjaga camp 🌽. Rasanya oke. Jam 8 malam api unggun dihidupkan. Seru sekali. Apalagi aku pilih tent yang literally depan api unggun. Even gaperlu keluar tent kalau mau liat api unggun hehehe.

Cuaca di malam hari dingin pol, namun tak sedingin Lembang. Cuaca pagi siang ga sedingin itu. Pohon-pohon tinggi yang menjulang indah jadi pemandangan sehari-hari. Water heater tersedia di tent. Pegawai disana ramah-ramah. Ntaps 🫡

Day 2!

Aku sarapan di hall bersama penghuni tent lainnya. Selesai sarapan langsung ke wahana karena gamau antri-antri panjang di wahana. Info pegawai disana, hari minggu kemarin si keranjang sultan baru selesai jam 9 malam saking panjang antrian. Untuk menuju setiap wahana full jalan kaki. Agak susah untuk yang berusia atau jarang olahraga atau jompo muda :). Wahana pertama adalah jembatan gantung. Ya Allah magis banget pemandangan kesana pagi-pagi. Bayangin suara cekerukuk hewan-hewan 🐞, angin yang sejuk, plus matahari yang mengintip berkumpul jadi satu.

Selanjutnya Posko Ekspedisi Lembah Purba. Bukan untuk ikut ekspedisi disana, cuman ambil spot foto yang indah aja. Soalnya si ekspedisi memakan waktu 3 jam ⏳. Next one yaitu Curug Sawer. Ya ampun bagus banget. Di bawah air terjun mengalir sungai yang bersih. Boleh banget main di sungai. Tersedia toilet yang bersih juga :))

Setelah itu Keranjang Sultan. Seru tapi sebentar banget 😦 ada kali 200 m panjangnya. Kayaknya kalau tracknya lebih panjang mmmmm 500 m akan semakin menarik. Overrated? 😮

Sebelum ke wahana terakhir ada semacam spot foto lagi yaitu goler di atas jaring. Kemudian yang terakhir adalah jembatan merah 🌉. Jembatan merah bagus tapi masih lebih bagus jembatan gantung. Track si merah sebenarnya panjang, tapi lebih pendek kalau dibandingkan dengan si gantung.

Sebelum aku balik ke tent, aku belok dulu ke Parkir Barat untuk mencicipi si welcoming snack yang saat dideskripsikan oleh orang di meja reservasi kemarin terdengar menggiurkan 🍽️. Sesampainya disana….asli B aja wkwk. Kuantitas kecil, singkong dingin, dan pilihan minuman hanya teh. Yha baiklah

Aku sampai di tent sekitar 11.30. Udah setengah packing sebelumnya dan bersiap untuk check out. Overall rating 8.7/10 dan boleh untuk dikunjungi lagi. Mungkin aku akan coba si ekspedisi lembah purba! 📝 Oya, kalau kalian mau pakai jasa driver online aku itu nanti coba aku bisa tawarkan ke drivernya karena aku ada kontak dia :). So that’s all. Gimana, tertarik ke Situ Gunung? 🌌

4/6 Bucket List di Bangkok

Sebelum ke kota tetangga ini, aku coba cari cafe dan restoran dekat penginapan yang recommended di internet. Kurang lebih 6 tempat tersimpan di bucket list. Alhamdulillah 4/6 tempat dapat disinggahi + 1 tempat di luar radar yang kopinya enak sekali. Begini ceritanya… ✈️

Aku dan kolega sampai di penginapan sore hari dengan keadaan lapar belum makan siang kecuali roti pesawat (makan siang = nasi 🙄). 1/6 pertama jatuh pada Usman Thai Muslim Food. Aku memesan makanan yang Thailand sekali haha, tom yum dan mango sticky rice. Wah tom yumnya super enak, platingnya indah dan nampaknya pelayan disana mengerti bahasa Indonesia. Namun, mango sticky rice yang aku dapatkan biasa saja, bahkan ada potongan mangga yang belum manis. Aku sebenarnya tidak tahu apakah mangga di mango sticky rice wajib manis atau tidak, hanya saja mango sticky rice yang pernah aku makan di Jakarta mangganya manis dan legit, dan aku suka yang seperti itu hehe.

Malam hari kami berencana makan di sebuah mall yang jaraknya 3 km lebih dari penginapan. Aku sangat ingin naik BTS (semacam MRT di Jakarta) kesana karena aku senang naik transportasi umum di luar negeri, rasanya seperti orang lokal. Mall tersebut juga terintegrasi dengan stasiun BTS sehingga bisa berjalan ke mall di atas skybridge. Penginapan ku pun juga dekat dengan salah satu BTS. Kami putuskan naik BTS.

Setengah jalan menuju stasiun BTS kakiku encok wkwk. Demi acara formal disini itu aku bela-belain beli sepatu yang agak formal, aku kira nyaman-nyaman saja, rupanya dia berulah malam itu. Aku dan kolegaku berhenti sejenak untuk mengamankan kakiku, setelah dirasa cukup aman, kami berjalan kembali. Setelah sampai di stasiun tujuan, jarak antara stasiun dan mall panjang sekaliii 😥. Prasangka kepada kaki sudah buruk wkwk, aku yang biasanya jalan agak cepat menjadi jalan agak lambat. Perjalanan yang ‘berhati-hati’ ini mengakibatkan sampai di mall dengan keadaan mau tutup. Sebelum sepenuhnya tutup, aku cepat-cepat beli sandal. Aku takut gakuat lagi pakai sepatu wkwk. Area di luar mall tidak tutup, ada muslim thai street food yang ramai. Makanannya terlihat sangat menggiurkan.

Esoknya adalah hari seminar. Pesertanya beragam sekali. Kalau tidak salah 280 orang dari 35 negara 🌍. Aku tidak akan cerita banyak soal seminar karena yha seminar pada umumnya, tidak jauh berbeda. Siang hari aku pergi mencari kopi. 2/6 selanjutnya jatuh pada Harudot. Astaga tempatnya imut sekali 🌸. Kopinya enak tetapi bukan yang membuat kita ingin beli dan beli lagi. Kebayang ga?

Malam hari 3/6 tercapai di Habibs Indian & Middle Eastern Restaurant. Aku beli biryani yang menurutku enak, menurut kolegaku bumbunya cukup strong. Aku termasuk penggemar makanan yang rempahnya kuat sih, jadi aman-aman saja. Kalau terlalu kuat aku juga kurang suka. Aku sempat khawatir portugal (porsi tukang gali), ternyata tidak. 🫤

Hari selanjutnya aku dan kolegaku ke cafe seberang jalan. Lucunya aku hanya bawa 100 baht sementara harga kopinya lebih dari itu 😂. Kolegaku yang juga sebenarnya ingin membeli kopi disana akhirnya mengalah meminjamkan uang cashnya yang tidak seberapa haha. Dia memang berencana mau ke ATM mall setelah dari cafe. Aku menyemangati dia bahwa ada cafe yang recommended juga di mall samping penginapan hihi maap yaa. Cafe 4/6 ini ga nyesel sih datang kesini, dia tuh terkesan tersembunyi, mungkin kalau turis ga cari tau di google sebelumnya ga tau bahwa itu cafe. Bangunan cafenya dirimbuni si hijau dan desain di dalam cafe dibuat vintage. Aku biasanya pesan latte biasa tetapi disini aku pesan kuromitsu latte with konjaku. Rasa kopinya? astaga enak banget. Sometimes I Feel nama cafenya.

Kami kemudian ke mall. Surprisingly tidak ada ATM disitu. Hmm. Kolegaku bilang siapa tau si cafe bisa nerima pembayaran via kartu. Kami akhirnya tetap ke cafe. Namanya Beans. Aku sempat tertarik dengan cafe ini, namun jika dibandingkan dengan cafe-cafe sebelumnya, masih belum banyak yang mereview Beans. Makanya, dia ga masuk ke bucket list. Kolegaku beli espresso orange, minuman yang dia juga incar di tempat sebelumnya 🙃. Terlihat menarik tetapi aku tidak beli apa-apa disini. Saat mau keluar mall aku malah terkesima pada sebuah kedai kopi yang classy dekat pintu keluar.

Esok hari, hari terakhir acara, aku mampir ke kedai kopi yang classy itu, namanya A Keen. Iya, dia si + 1 ✨. Kopinya enak, packagingnya premium, setelah kopinya habis aku sempat kepikiran apa beli lagi saking enaknya, tapi aku tahan haha.

Hari terakhir ini aku juga harus check out dari penginapan. Aku titipkan koper aku ke resepsionis 🧳. Aku juga minta izin supaya boleh check out jam 12.30 supaya bisa shalat dulu, izin diperoleh. Selesai shalat (dan kayaknya selesai makan siang juga waktu itu), aku naik lift ke venue, di dalam lift ada 2 mas mas Asia Selatan yang sepertinya sedang ingin berfoto bersama barang-barangnya (read = dia juga mau check out) sebelum aku masuk lift. Karena aku tidak enak, maka aku menawarkan untuk memfoto mereka. Mereka bilang tidak perlu dan bagaimana jika kita selfie bersama, aku tidak mau haha. Mas mas A berkata dia ingat denganku. Tentu saja, aku berada di meja paling depan saat dia menjadi moderator di seminar 😂. Kami semua mengobrol-ngobrol sebentar sampai akhirnya lift berhenti di lantai venue. Sebelum aku berpamitan kepada mereka, mas mas B berkata “nice shoes anyway!” …………………………………………………… 🥹 aku yang beberapa hari ini penuh drama dengan si sepatu speechless mendengar kata-kata tersebut. Rasanya jadi kayak ga sia-sia pake si sepatu 😭😂😭

Si Negeri Serumpun

Tidak ada terpikirkan untuk menginjakkan kaki di Malaysia karena orang-orang banyak berkata negara kita serupa. Jika serupa, bukankah lebih seru untuk menjelajahi negara lain?

Masjid Putrajaya

Rupanya Allah memberikan jalan untuk ke negeri serumpun tahun ini. Rezeki jangan ditolak 🙂

Penerbangan memakan waktu kurang lebih dua jam. Aku satu pesawat bersama salah satu kolega. Setelah mendarat, kami kebingungan dimana carousel bagasi kami. Setelah bertanya ke salah satu petugas, beliau mengarahkan ke carousel A dan B. Bermenit-menit hingga berjam-jam menanti kok tidak muncul-muncul. Kolegaku berinisiatif untuk melihat kumpulan koper-koper yang ada di luar carousel. Astaga koper kami ditaruh disana!

Sudah sore tetapi kami belum makan siang. Akhirnya kami memutuskan membeli semacam fried chicken di bandara. Namanya dan packagingnya unik sekali. Dan rasa ayamnya enak!

Kami tidak menginap di KL tetapi di Putrajaya. Sekitar 30 menit dari bandara. Wah rupanya Putrajaya ini asri sekali. Penginapanku dekat taman, danau dan banyak sekali yang hijau-hijau. Ada 2 shopping centre yang bisa ditempuh dengan jalan kaki. Sayangnya, public transportation tidak dekat.

Malam hari kami mencicipi makanan khas Malay. Nyonya nasi ulam with ayam perciknya enak tetapi porsinya terlalu besar buatku. D24 durian cendol terbaik.

Setelah acara disana selesai, aku bersama kolega yang lain menjelajahi kota. Kami mulai dengan … makan durian haha. Musangking tidak ada, yang ada yaitu D24 dan D2. Well, tidak masalah, dua-duanya enak. Kemudian, kami menyambangi Masjid Putrajaya. MasyaAllah masjidnya bagus sekali. Disamping danau, pemandangan dari masjid saat senja dengan lampu-lampu kota tampak magis. Di area masjid ada vending machine, kolegaku tidak berhasil menggunakannya karena uangnya lecek. Aku penasaran dan mencoba. Berhasil hehe.

Selanjutnya kami ke Petronas Twin Tower. Ya ampun ketinggiannya dan cahayanya sampai membuat awan temaram. Aelah bagus. Sukak. Sayangnya situasi ramai sekali macam di Grand Indonesia, buat yang suka ketenangan pasti ga sabar balik ke Putrajaya haha.

Makan malam di Wanjo. Spesialisasi nasi lemak. Tempat yang recommended. Makanannya juga sedap. Namun, aku agak kasihan dengan restoran di sekitar Wanjo, sepi pengunjung. Aku jadi ingin tahu bagaimana makanan di restoran sekitar Wanjo, tidak enak atau kalah pamor dengan Wanjo. Semoga ada kesempatan kembali ke Malaysia. Ada misi baru haha.

Esok hari, kami berkesempatan ke sejenis pabrik coklat Beryl’s gitu. Banyak anak-anak yang study tour kesana. Terlihat dari seragam mereka. Setelah belanja di lantai 1, aku ke lantai 2 untuk ikut melihat-lihat, ada penjelasan terkait coklat, konsepnya seperti pameran dan museum, lalu dari lantai atas juga kita bisa melihat proses produksi dan packaging coklat Beryl’s. Tiba-tiba aku diminta turun oleh penjaga. Rupanya lantai atas bukan untuk umum. Kecuali mungkin untuk yang sudah bayar seperti anak-anak study tour tadi. Ya Alhamdulillah diusir setelah selesai mengelilingi lantai 2 wkwk.

Kami ke istana negara tetapi hujan turun. Pun disini tidak terlalu banyak yang bisa dijelajahi karena pagarnya dikunci. Sepertinya tidak ada akses untuk pelancong.

Malam hari kami ke Bukit Bintang. Wah ramainya lagiii. Benar-benar kota yang hidup. Banyak musisi jalanan. Orang-orang mengantri panjang di salah satu restoran fried fries fresh potatoes. Sepertinya itu sedang viral di Malaysia. Aku tidak bersemangat melihat antriannya. Disini juga ada semacam Shibuya Scramble Crossing gitu. Kamera HP dimana-mana haha.

Aku ngopi bersama temanku di salah satu shopping centre yang pemandangannya bisa melihat hiruk pikuk Bukit Bintang. Aku tidak makan karena masih kenyang setelah singgah di Nasi Kandar Pelita sebelumnya (FYI, nasi kandarnya enak). Ada souvenir yang sebenarnya masih aku cari. Kami memutuskan ke Alor Food Street. Wah disini betul-betul surga kuliner, sayangnya tidak terlalu banyak souvenir yang menarik yang bisa aku beli. Yha namanya aja food street sih haha.

Dari beberapa spot yang sudah aku kunjungi di Malaysia …… aku berharap bisa kembali lagi ke beberapa spot tersebut haha. Wah tidak diduga ternyata aku suka negara ini. Mari kita lihat ada season 2 atau tidak nanti 🙂

Gang 3x Lipat Lebih Kecil (3/3)

Sebelum menuju ke bandara Laguindingan, kami melihat-lihat sekeliling area disana. Pertama yaitu gedung bertuliskan nama negara di Amerika. Orang yang melihat foto kami di gedung ini mungkin mengira kami bukan di Filipina, hehe. Kemudian, katanya kami ke taman……. 😨

Saat aku memasuki area taman, aku melihat beberapa poster yang membuatku berucap dalam hati “sebentar, ini hari apa, ini hari minggu!!!”. Astaga aku dibawa ke taman apa ini. Hanya aku dan temanku yang menggunakan jilbab…. Ya iya ngapain orang berjilbab kesini kan wkwk. Orang yang sedang beribadah di sana juga mungkin bingung ngapain dua mbak-mbak berjilbab nongkrong disitu haha. Terlepas dari itu, sejujurnya cara mereka mengelola tamannya patut diacungi jempol.

Kami disana tidak lama. Kami pindah ke taman lain yang jaraknya kurang lebih 15 menit. Di sebelah taman kedua ini, ada orang-orang yang sedang bermain basket. Jadi dejavu sama pebasket yang di bandara hehe (apa iya dia bukan pebasket… untuk apa dia berbohong…. atau setelah pensiun bermain basket, dia memutuskan untuk menjadi…. #overthinking). Sebelum berpisah waktu itu, kami sempat bertukar kontak. Chat dia adalah gabungan bahasa inggris, dan bahasa indonesia hasil terjemahan google yang kurang rapi hehe. Setelah itu belum ada komunikasi lagi. Namun dia berkata dia dan keluarganya akan berlibur di Indonesia… di sebuah kota yang sebenarnya aku juga berharap dapat kesana suatu saat nanti…

Persinggahan terakhir yaitu pinggir pantai. Pantainya indah sekali. Ditambah mood awan dan langit sedang baik-baiknya. Mashaallah. Andai ada waktu lebih lama disini, tentu lebih menyenangkan. Sayangnya waktu sudah terbatas, kami harus segera ke bandara, kakiku saja tidak mau bergerak dari mobil, foto di atas diambil dari pintu mobil yang terbuka haha. Hai kaki, aku paham rencanamu 🙂

Pesawatpun terbang ke Manila. Karena waktu transit yang cukup panjang, aku membuat janji dengan kolegaku yang tinggal di Manila tuk bertemu di Intramuros. Sebelum kesana, kami mengantar kolega kami ke terminal 3 terlebih dahulu untuk menitipkan koper karena di terminal 2 tidak ada baggage storage. Terminal 2 ke terminal 3 disini itu tidak terkoneksi, jaraknya lumayan, kami naik shuttle bus kesana. Wah perjalanan kali ini benar-benar unik, aku mendapatkan pengalaman menaiki shuttle bus 2x. Pertama Soetta kedua Ninoy! Setelah koper aman, aku pesan Grab, tetapi gagal. Kolegaku yang lain mencoba memesan dan gagal juga. Hmmm aneh sekali. Aku masih ingat aku pernah pesan Grab di Manila lalu drivernya menelepon menggunakan bahasa tagalog. Aku reject. Lalu aku chat ‘maaf aku tidak bisa berbahasa tagalog’. 😆

Kami putuskan naik taksi dan menuju masjid dekat Intramuros dahulu. Kami turun di depan semacam kantor PMI. Menurut Google Maps, jarak kantor ini dengan masjid sangatlah dekat. Kami lalu memasuki gang yang… orang cuci baju di gang, ada anak kecil tak pakai baju… tidak terlalu bersih. Saat lewat, orang-orang disana ngeliatin kami….yang kayak di film-film itu lho, kalian kebayang ga? Aku jalan paling depan dan…. jalan buntu! Yaampun lewat mana. 😩

Di ujung jalan itu ada mas-mas keluar dari tongkrongannya mendekati kami. Kami beritahukan destinasi kami. Dia kemudian berinisiatif mengantarkan kami. Tapi….sekarang kami memasuki gang yang 3x lipat lebih kecil dari yang tadi…. air menetes dari atas….bukan hujan…mungkin air jemuran mungkin toilet… alhamdulillah beneran nyampe masjid. Ada masjid di tengah-tengah lokasi yang seperti ini :/ Terima kasih mas-mas baik. Semoga dimudahkan selalu urusannya.

Selesai shalat, aku bertemu dengan kolegaku yang orang Manila itu di sebuah jalan yang tentu saja aku tidak tau nama jalannya. Aku sampaikan bahwa aku ingin ke kedai kopi di sebuah area seperti yang aku tunjukkan di foto di HP. Intramuros itu luas sekali soalnya! Kami lalu naik bajaj/pedicab kesana hihi. Aku senang sekali sampai di area kedai kopi tersebut, nama areanya Casa Manila. Bangunan ala-ala spanyol yang kokoh dengan arsitektur yang cantik. Sebagai informasi, Filipina dahulu dijajah Spanyol. Saat Spanyol berkuasa, mereka mendirikan gedung pemerintahan which is si Intramuros ini. Kalau gasala gitu si kata kolegaku yang orang Filipina itu. Casa Manila menjadi area komersil saat ini. Disewakan untuk tenant-tenant macam restoran, kedai kopi, souvenir. Kedai kopi disana lucu-lucu. Setelah menentukan kedai kopi yang kami mau, kami duduk dan memesan 2 es kopi, baristanya izin foto kami berdua katanya mau dipost di media sosial mereka. Perjalanan Filipina kali ini kenapa banyak yang minta foto wkwk.

Untuk kepulangan ke bandara, kami memesan Grab, dan lagi-lagi gagal. Wah fix ini aneh sekali. Kemudian aku tanyakan ke abang-abang taksi yang taksinya kami naiki apa sebab-penyebab kami tidak bisa pesan Grab begini, soalnya aku lihat logo Grab di taksinya, sayangnya jawaban dia kurang memuaskan.

Perjalanan menuju Jakarta terasa…. capek. Bukan karena perjalanannya tetapi karena akumulasinya. Ditambah badan yang sudah tidak fit. Ditambah sebelum ke Filipina ada perjalanan ke luar negeri yang range-nya tidak jauh dari Filipina ini. Akumulasi combo. Sudah makan multivitamin cuman kurang. Tetapi biasanya begitu, bukan? Sesuatu yang seru itu saat dijalani tidak capek, tetapi saat diakhir baru terasa? Haha. Sampai rumah dini hari yang diinginkan cepat-cepat tidur. Tidurnya dapet tapi perkara hidung mampet belum selesai sampai dipublikasikannya tulisan ini 🤧

3 Potong Ikan Bangus (2/3)

Benar saja! Pemandangannya sebagus itu. Danau Lanao dengan semburat gunung dibelakangnya. Kadang langit biru banget. Kadang langit agak abu. Tapi tetap bagus. Cuaca selalu sejuk setiap pagi. MasyaAllah. Inikah alasan masyarakat Marawi betah disini? 🙂

Sarapan diantarkan ke kamar. Menunya adalah itlog (telur) dan ikan bangus. Ikan bangusnya enak sekali. Sekitar jam 8, kami dijemput oleh panitia tuk menuju venue training. Yap, agenda disini adalah mengisi training. Lokasi training sangat dekat dengan Mindanao State University yang punya lapangan golf itu.

Panggung dipasang balon orange dan putih. Lucu sekali hehe. Namun saat aku mengarahkan mata ke meja peserta, aku terkejut dokumen training ada di meja semua peserta. Okay ternyata cobaan toner kemarin belum selesai haha. Dokumen ini rahasia karena berisi mandat dimana masing-masing peserta mendapatkan mandat dan simulasi yang berbeda. Maka pagi itu aku mulai dengan menyusun masing-masing dokumen yang sudah terpisah-pisah. Huft

Alhamdulillah training berjalan lancar. Siang hari aku diberikan kopi yang percaya tidak percaya saat aku melewati kedai kopi tersebut kemarin, tersirat dalam hati ingin mencoba kopinya dan mengunjungi tempatnya. Alhamdulillah lagi.

Malam hari kami makan di sebuah kedai kopi samping danau. Sayang sekali karena gelap keindahan danaunya tidak terpancar nyata haha. Aku sudah ngopi tadi pagi jadi aku tidak beli kopi. Namun mendengar kolegaku yang mencicipi americano bahwa rasanya enak banget aku penasaran :(. Makan malam kami adalah sate. Dan enak. Kan. Makanan disana seenak itu.

Esok hari seperti biasa sarapan diantarkan ke kamar. Tapi. Kok. Si bangus lagi ya wkwk. Oke gapapa aku suka bangus. Selesai training, kami diberikan durian yang kalau tidak salah bernama durian wiyat. Sebentar, ini sebenarnya tulisan tentang perjalanan atau review makanan. Wkwk

Lusa, sarapan diantarkan ke kamar. Bangus lagi!!!!!! Aku suka bangus tetapi bukan berarti aku harus sarapan bangus setiap hari wkwkwk. Hari ini penginapan sedang ramai karena sepertinya ada yang menyewa hall penginapan untuk pernikahan. Sementara rombongan kami check out. Kami akan menginap di hotel dekat bandara setelah training selesai. Training akan selesai sekitar jam 5 sore.

Jam 12 siang aku dan kolegaku mencoba restoran dekat venue. Dia menjual ramen dengan mangkok yang super besar. Selain itu, kami juga mencicipi fried chicken dekat resto ramen. Rasanya? Iya betul, jawabannya kalian sudah tahu. Sebelum menuju hotel ke bandara, aku pergi ke sebuah cafe dekat hotel. Cafe ini unik sekali. Dia memasang banyak sekali bunga, dan konsep cafenya fancy gitu. Pemandangannya? Mahal. Danau dan gunung. Aku menanyakan rekomendasi pasta dari penjualnya. Dia merekomendasikan cajun pasta. Si pasta belum jadi, aku sudah dikontak kolegaku. Kami harus segera berangkat. Panik. Aku menanyakan kapan pastaku siap. Penjual menjawab “first come first served” wkwk. Kami kemudian makan pastanya di mobil. Menurut kolegaku, pasta ini lebih enak daripada pasta yang sempat juga disuguhkan saat coffee break training 🙂

Kami makan malam di mall paling dekat dari Marawi, di daerah Illigan City. Nama mallnya…. Robinson. Iya, disini Robinson bukan supermarket tapi mall wkwk. Panitia lokal memesan ikan bakar. Aku bertanya ikan apa. “Bangus”. Ngakak sudah. Aku bilang cukup sudah 3 hari sarapan bangus. Silahkan kamu makan sendiri bangusnya. Dia ikut tertawa sekaligus kaget. Aku dan kolegaku pesan sayur yang sulit sekali kami temukan di Marawi… Kangkong 🙂 Kami juga pesan sejenis sup ayam. Saat supnya dihidangkan, kami menemukan penampakan yang asing. Ada pepaya didalam sup 😮 Rupanya disini pepaya adalah kondimen sup. Menarik.

Perjalanan dilanjutkan. Kami belum booking hotel. Kami mengunjungi beberapa hotel tetapi tidak ada yang bisa mengakomodir rombongan kami yang ramai. Ujung-ujungnya, kami menginap di penginapan yang menjual badak itu haha. Menginap disana serasa lagi ngekos. Kurang lebih ukuran kamar 2×3 m dengan kasur atas bawah. Sebenarnya kamar ini tidak dingin. Makanya teman sekamarku kepanasan jadi perlu ac-nya didinginkan. Area dekat bandara Laguindingan ini cuacanya seperti Jakarta. Tapi hidungku tetap meler akibat mandi malam-malam di Marawi -_- Dini hari aku kebangun buat pasang masker, aku udah gakuat, terus tidur lagi :((

Pebasket? (1/3)

Sebuah kota yang jauh dari ibukota, Marawi namanya. Untuk ke kota ini, butuh transit di bandara 2 kali, dan 3 jam darat, dari Jakarta. Citra kota ini sempat pudar akibat siege (pertempuran/pengepungan), pilihan kata yang dipilih masyarakat Marawi, yang terjadi tahun 2017. 2023 relatif aman. Aku kesana.

Kisah berawal dari mobil Grab menuju stasiun Manggarai. Driver yang usianya cukup renta tidak hafal lokasi kantorku sehingga aku harus menunggunya putar balik. Di mobil, dia mengajakku berbincang-bincang dan terkejut dengan kepergianku ke negara orang. “jangan lupa dokumen, jangan sembrono disana…” ini Grab rasa kakek wkwk. “kamu sudah menikah?”. “sudah.” “harusnya suami kamu yang anter ke bandara malem-malem gini!” wkwkwk.

Kereta bandara sepi sekali. Gerbong serasa punya sendiri. Di gerbong aku awalnya hanya ada 2 orang, termasuk aku. Saat berhenti di stasiun lain, ada tambahan 1 orang duduk di gerbongku. Total kami bertiga saja sampai Soetta. Karena sudah malam sekali, skytrain menuju terminalku tidak beroperasi. Untuk pertama kalinya, aku naik shuttle bus. Seru juga 1 bis dengan orang-orang yang nenteng-nenteng koper. Serasa kami traveler sejati wkwk.

Aku tidak cek fasilitas pesawat yang dipesankan untukku. Rupanya pemesanan tidak include bagasi. Alhasil gunting dan toner aku disita oleh petugas bandara. Untuk memperbaiki mood, aku putuskan untuk beli kopi, namun terminal 2 Soetta memiliki kedai kopi yang terbatas, dan jam 23 semua sudah tutup kecuali Circle K. Tidak ada pilihan lain.

Ini adalah penerbangan dini hari. Aku transit di Manila sekitar jam 6 pagi dengan perut kelaparan. Cebu juga tidak include sarapan. Aku putuskan membeli onigiri di 7 Eleven bandara. Belum sempat memakan onigiri, aku berbincang-bincang dengan seorang ibu disebelahku. Dia berkata bahwa dahulu ia adalah seorang pebasket negara tersebut, sudah beberapa kali ke Indonesia, dan banyak fans di Indonesia. Aku selalu senang bertemu orang baru dengan ceritanya yang menarik. Lebih senang lagi saat dia mengira aku anak kuliahan hahaha. Kami berbincang-bincang sampai kami duduk di kursi pesawat masing-masing. Aku tidak duduk di samping dia. Tapi kolega aku duduk disampingnya. Ya kolega. Aku baru bertemu kolega aku di Ninoy Aquinoy ini. 

Duduk sudah nyaman. Seatbelt telah terpasang. Saatnya membuka bungkus kertas 7 Eleven. Astaga ini adalah onigiri terenak yang pernah aku makan. Nasinya lembut dan isiannya sedap. Terharu sekali mendapatkan pengalaman makan onigiri ini. Aku sarankan kalian mencobanya saat di area gate 120 Ninoy Aquinoy.

Setelah mendarat di bandara Laguindingan, aku bertanya kepada kolegaku apakah dia juga berbincang dengan sang pebasket. Rupanya iya, namun kolegaku merasa ibu itu adalah militer….. 😨

Kami harus menunggu kolega lain yang belum mendarat. Aku menyarankan agar kami ke lantai 2 yang terlihat seperti area food court. Kamipun mencari jalan menuju lantai 2, lalu kami dihadang oleh petugas bandara. Kami sampaikan maksud dan tujuan kami. Dia membawa kami ke sebuah ruangan yang tampak seperti ruangan interogasi di lantai 1 dan seorang bapak-bapak disana tampak kurang ramah. Rupanya lantai 2 adalah area departure. Bapak yang tampak kurang ramah itu kemudian memberi tahu kami cara agar bisa ke area departure. Jujur saja nafsu makan kami sudah hilang wkwk. Masa iya baru mendarat sudah ada masalah wkwk. Meskipun sebenarnya ini bukan masalah, tapi auranya seperti masalah. Setelah kami mengucapkan terima kasih atas arahan si bapak yang tampak kurang ramah tapi aslinya baik, kami melengos ke pintu keluar. Kami tidak selapar itu, pak. 😆

Tim lengkap. Waktu sudah menunjukkan jam 12 kurang. Perjalanan darat akan menempuh waktu kurang lebih 3 jam. Kami berhenti di restoran dahulu. Melihat menu di restoran ini membuatku tertawa. Badak. Ryandang. Kyuning. Tetapi perkara rasa, nikmat semua. (Saat makan malam di penginapan juga hidangannya enak semua. Sepertinya lidah aku cocok dengan makanan pulau Mindanao) 😅

Setelah itu, kami berhenti di sebuah masjid. Disana ada dua orang bocah dan ibunya yang juga akan shalat. Aku gemas sekali dengan bocah ini dan sepertinya mereka juga suka sama aku haha. Sebelum mendekati anaknya, aku pdkt ke ibunya dulu haha. Ibunya kaget aku orang Indonesia. Beliau kira aku orang Maranao. Kemudian, aku izin ke ibunya untuk memberikan coklat kepada bocah-bocah. Izin diterima wkwk. Bocah-bocah itu senang bukan main. Mereka juga super komunikatif. Mereka tidak tau Indonesia. Selesai shalat 2 rakaat, bocah perempuan yang daritadi duduk dekat tasku berkata “bolehkah aku mendapatkan satu coklat lagi?” Hahaha. Aku sampaikan aku akan memberikannya setelah aku shalat lagi. Saat aku sedang shalat, si ibu sudah selesai shalat dan memanggil anaknya dan memarahinya agar … behave. Wkwk. Aku selesai shalat, ibu itu segera berpamitan, bocah-bocah tetap tak berhenti ajak ngobrol aku. Apakah nanti setelah besar mereka masih menyimpan memori tentang seorang Indonesia 🙂

Sebelum sampai di hotel, panitia lokal membawa kami melihat ground zero, area pengepungan. Hujan sedang turun. Kami tidak bisa turun. Kami hanya melihat dari mobil. Mendengar cerita panitia lokal mengenai pengepungan, melihat bekas tembakan di dinding-dinding, sedih sekali. Peperangan tidaklah menghasilkan apa-apa selain kehancuran, kehilangan, dan … dendam. Semoga Indonesia mampu menjaga perdamaiannya. Sebentar lagi pemilu. Ah awas saja ada konflik-konflik memakan nyawa 😦

Sesampainya di penginapan… hujan masih tik rintik, dan mati lampu haha. Sembari menunggu lampu hidup kami diberikan welcome drink and snack. Enakkk. Karena hujan tak jua reda, lampu tak pula hidup, kami putuskan ke kamar saja. Alhamdulillah sekitar sejam di kamar, lampu hidup. Ke toilet mau wudhu maghrib, ya ampun airnyaaa, dingin seperti Padang Panjang. Tidak ada heater. Katanya pemandangan dari penginapan ini indah, namun karena hujan, tertutup kabut. Aku tak sabar melihat pemandangan dari jendela esok pagi.

Sweet Mistake

The last day was the favorite day. After lunch, we planned to walk to the ICC. We walked certainly through the park and the views were just wow. There were two groups, group a which walks very fast and group b which walks less fast. I used shoes that are not comfortable for long walks, so I was in group b. Group a walked so fast, we lost track of them. I enjoyed the trip very much that I wasn’t interested in opening google maps haha. My group got lost. We apparently walked away from the ICC. Eventually I opened google maps. When we arrived at the ICC, group a was confused why we just arrived haha.

The training started again at 13.30 and we were still at the ICC. We knew this tardiness is a mistake but for some reason this moment of mischief reminds us of our high school days and feels funny, happening back at our ‘old’ age hahaha. Arriving at the venue, fortunately the trainer didn’t tell us to do push-ups wkwk.

Training finished early. Some people offered to walk to the hotel because the taxi will arrive at 17.00. Some people were not strong if they have to walk again after that ICC moment earlier. Actually I was not comfortable in my shoes to walk again, but walking from the hotel to the venue and vice versa was on my bucket list. I wanted to be like the local people where they are very diligent about walking or cycling. I decided to join the group on foot. I didn’t regret this decision because the view and the experience were very pleasant. The distance was about 2.5 km. This is something I probably wouldn’t do in Indonesia hahaha.

In the evening the participants offered to walk to the city center for shopping or dinner. I said yes. However, I felt I should have avoided this as my legs are already sore. Sure enough, on the way back to the hotel my legs got cramps :’)

The next day I left the beautiful city to the capital, the airport. Since the flight was still quite long, I went around the airport area first and then went to the toilet. I put my suitcase outside the toilet. When leaving the toilet, the security guard reprimanded me for putting my suitcase outside. It turns out that there is a policy that suitcases must go into the toilet. Well, what a unique experience. After checking in, I looked for the mushalla. They named it a meditation center where all people of any religion can use the room including praying. The distance between the wudhu place and the meditation center was not close. Even so, the place for wudhu that they provide was proper. Only one problem. The tap water was automatic and I thought the tap water was getting hotter and hotter. The heat was inhumane wkwk. I alternated using tap water and mineral bottled water.

This journey is coming to an end. While on the plane I cut down on the use of the TV since I didn’t want my eyes to get blurry anymore. The transit period was longer than the departure time so I could stretch my body longer and pray at the transit airport. Alhamdulillah I arrived in Soetta safely and get ready for the next exciting adventure (:

Salmon with Sauce

The training day! Participants came from 8 different countries with 5 trainers who take turns. The venue was very beautiful, perhaps more beautiful in spring hehe. It was in the middle of the park, seems like it takes 1 hour alone to go around the park. The foreign sight I encountered was the bicycle parking lot. Yes, this country has a high cycling culture. A culture that doesn’t yet exist in my country. I actually wanted to try renting a bicycle and going around on it, but the time to explore the city was limited. The city temperature was also not suitable for me to play outdoors for a long time. Plus, the committee used to pick up and drop off from the hotel to the venue.

The trainer used to start the session with reflection. Apparently the reflection question they gave made me depressed haha. Participants also looked so active. I told my mom that it was a tough day and I need her prayers so I could enjoy the training. I couldn’t imagine having to go through 5 days under pressure wkwk.

In the evening my colleagues and I walked downtown. The view of the decorative lights on the trees at night was beautiful, especially in the alleys near the restaurants. It was quite difficult to find a restaurant with a halal label in my area at that time. In addition, on average at 18.00 the restaurants were closed. The Netherlands implements a policy of working hours that are not allowed to be long. Except for Thursdays. They make Thursday as a “shopping day” where restaurants and shops can open until 21.00.

The next day, I had breakfast back at the hotel. I noticed that this hotel didn’t change the menu from yesterday. When I arrived in Indonesia, I told this to my colleague who had just returned from a European country. She felt the same way. The hotel never changed its breakfast menu. Is this also a culture in Europe?

Training in the morning was quite relaxing. I was not as depressed as yesterday haha. Maybe it was actually just a matter of time when I could finally understand the learning process used by the committee, or my mother’s prayer already came true haha. In the afternoon after eating in the canteen, some of the participants and I took a walk around the park. This was extremely fun. They said there was a Japanese garden but I didn’t see it, perhaps that garden was a bit far.

In the evening the committee held group dinner at a restaurant (& bar). I was very lucky to be seated in front of a Muslim since prior to ordering she asked if the food was halal. I had ordered salmon. Apparently the salmon sauce had alcohol in it. The order hadn’t arrived yet, I could change the order without the sauce. Alhamdulillah. (Next day I asked the hotel restaurant crew whether the sausage that I ate “like every day” was pork or not. Alhamdulillah chicken. Hahaha)

Third day of training. To be honest I avoided practicing in front of the class haha. Even if I couldn’t escape from it, I wanted to practice in a session where the group is divided into 2. So, I didn’t present in front of all the participants. In fact something that is avoided, that’s what happened. When dividing the groups by the trainer, each group had to send a representative and my group was represented by me. Apparently the presentation in front of all participants was not that scary >_<.

UFO

This trip is the longest trip in my life (so far). I thought I could survive for 16 hours in the air, it turns out…I can but get bored. There was one transit, being 9 hours and 7 hours respectively. I guess I will limit long journeys in the air to a maximum of 9 hours. Transit will be fine.

There are 3 interesting things that I found on the way. I met someone who is kind sitting next to me. He talked a lot about work and life. He said that I could contact him if I go to the country where he lives. Second, I seem to see a UFO haha. I recorded it. I cannot upload it since my blog is not premium =_=. Third, I rarely play TV on planes, in order to break up boredom, I managed to finish one movie, found and listened to almost the entire Greatest Works of Art album by Jay Chou, tried various games, and when I played Who Wants to be A Millionaire, I got to the level of 500,000 USD wkwk. Landing at the airport, my eyes were a bit blurry. Ah, TV.

We were left by the taxi that was supposed to pick us up. Yes, “we”. I met one of the participants at the airport. He had to face immigration crew in a long time, besides the difficulty of finding a meeting point. The event organizer said that the next taxi that could pick us up would be the one at 10. It was 8.

I walked around the airport plaza area without wearing a jacket and gloves. A few minutes feels good in the cold weather. In the end, hands like frozen and runny nose. 8°c by the way. The jacket and gloves were taken out of the bag hehe.

The journey from the airport to the hotel was about 1 hour. My event was not in the Netherlands capital. I am still curious about the capital. Hopefully next time there will be an opportunity to be able to explore Amsterdam. The trip to the hotel was fun because the scenery is beautiful and neat. When I got to the hotel, another surprise came. Check-in could only be done at 15. I was a bit disappointed. It seemed I was destined to go straight for a walk to see the city of The Hague, not jump on the bed and pull up the blankets. (-:

The Land of White Elephants Part II

I started the workshop day by having a very unique breakfast. It was like nasi uduk, but the rice was blue and the sauce was quite sour. I googled it and most likely the food name is nasi kerabu.

I was not the participant, yet the MC of the workshop. The participants came from Indonesia, Malaysia, Thailand, and the Philippines. We learned humanitarian architecture and the introduction of sphere on the first day, core humanitarian standards and program cycle on the second day, and humanitarian coordination on the third day.

On the first day, one of the facilitators played Kahoot to review the participants’ understanding of the previous study, and I found Kahoot as a fascinating app. Kahoot is a real-time game with multiple-choice, true-false, and other game features. At the end of the game, we could know the best group who have the most correct answers. The workshop finished at 5 PM.

After dinner, the local friends accompanied me and my colleagues to go to 7-Eleven. I asked one of them the snack she recommends the most and the answer was …that Indonesian snack in the picture above with 3 alphabets. Hahaha. I found some Indonesian snacks here. Very interesting.

At 8 PM, the facilitators invited us to join the committee meeting. In this meeting, I ensured the planned program break-down including the morning review session, and a facilitator agreed with it. However, he (or just call him Mr. X) asked me to create the Kahoot questions. Haha. I agreed. The 5 questions consist of funny questions and serious questions. That night, only 3 questions popped up in my mind.

On the second day of the workshop, I finished the Kahoot questions at 8.39 AM when the workshop should begin at 08.30 AM. My roaming couldn’t be used in Pattani, so I depended on my colleague’s hotspot. The wifi lodge was not good. Consequently, when I was finishing the 2 questions in my room in the morning, I lost my internet connection, because my colleague already went to the workshop hall. Wkwk

Mr. X went to Jakarta on the third day in the morning. He didn’t join the workshop anymore. Nevertheless, I directed another facilitator to keep him using the Kahoot app (using Mr. X account haha). I also suggested that he start the coordination session with a coordination simulation. He agreed. As usual, I prepared the 5 Kahoot questions and the case study… until 1 AM. I was fine with that since the initiatives came from me and I wanted to make the workshop the best it could be 🙂

The workshop finished. We went back to Hat Yai. There was no toll throughout the journey, although the road was very much like a toll. The driver stopped by at a kind of rest area to pray Ashar, and I saw Cafe Amazon there. I have been eyeing this coffee shop since the second day in Thailand haha. Finally, I could taste it. And wow the coffee was really good. I’ve noticed that Thailand tends to overuse ice cubes, either in coffee or tea. Next time maybe I will ask for less ice 🙂

My return flight to Indonesia is at night with a transit first in Bangkok. Bangkok at that time around 11 PM, with the score of Argentina-France still 2-0 hahaha. I bought a jasmine green tea which omg pricey but delicious while watching the world cup with other waiting passengers. Suddenly France scored. 2-1. One of the passengers shouted, “Delay, delay”. Wkwkwkwk. Indeed, the world cup final was exciting. Again France scored a goal. 2-2. The crowds were getting busier on one of the TVs that I also watched. The boarding announcement came. We dispersed and queued to get on the plane. Our flight was not delayed. LOL